Cicak berani lawan buaya next sesion

Ketakutan akan tragedi "cicak berani lawan buaya" terjadi lagi, KPK tanpa Bibit Samad Rianto memutuskan untuk hadir pada rapat konsultasi antara pimpinan DPR Marzuki Alie dengan 2 pimpinan lembaga penegak hukum yaitu Kapolri Jendral Timur Pradopo dan Jaksa Agung Basrief Arief  senin 3 oktober 2011 lalu berakhir antiklimaks. 

Rapat berjalan tanpa alur undangan dan berjalan tanpa arah yang berakhir dengan antiklimaks. Setelah KPK diserang habis-habisan bahkan pimpinan komisIII Benny K Harman mengata-ngatai KPK sebagai teroris baru, yang terjadi bukan rapat konsultasi penyamaan persepsi terkait pemeriksaan pimpinan Badan Anggaran DPR melainkan penghakiman, bahkan penghinaan, terhadap KPK.

Selama 2 jam jalannya rapat, pimpinan polri dan jaksa agung hanya jadi penonton saat KPK dicecar berbagai pertanyaan oleh anggota rapat. Menjadi pertanyaan besar kenapa (hanya) KPK yang diserang bertubi-tubi ? sedangkan DPR tahu lembaga  penegak hukum lainnya mempunyai kinerja dibawah KPK 

Fachri Hamzah, Wakil Ketua Komisi III dari PKS, mengusulkan KPK dibubarkan karena di negara demokrasi tidak ada lembaga superbodi. Selaku dewan terhormat yang membidani lahirnya KPK dengan segenap superbodi yang diberikan hendaknya DPR tahu selaku wakil rakyat merekalah yang memberikan kewenangan lebih untuk KPK hingga menjadi seperti sekarang ini.

Disaat melihat pintu masuk pada kasus suap kemenakertrans, KPK tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk masuk dan meneliti aroma korupsi di gedung dewan tersebut. Disaat perjadi proses penghalang-halangan pemeriksaan KPK terhadap 4 pimpinan banggar, menjadi pertanyaan besar apakah sebagian besar jangan-jangan banyak (sekali) yang bermain disini ? Mengutip pernyataan pak Kwik Kian Gie " saya percaya ada tuhan, walaupun tidak pernah melihatnya dan saya percaya ada korupsi disana walaupun saya tidak pernah melihatnya" ibaratkan kentut (maaf) sesudah dilepaskan, semua yang berada disekitarnya tau kalau itu kentut, tapi tidak bisa menebak pelakunya. 

Mestinya pimpinan DPR kalau tidak merasa salah silahkan saja diperiksa, sejauh tidak mengganggu tugas-tugas legislatifnya

Akhirnya kearifan yang tahu kalau siapa yang tak waras, sebaliknya yang tak waras mana tahu dia tak waras. Namun, jauh lebih waras kalau yang waras mengambil langkah berani tak menghadiri pertemuan yang tak waras itu.
Share:

No comments:

Post a Comment

Semua perbedaan pendapat sangat dihargai di Blog Opini Indonesia, pastinya yang terbaik untuk membangun bangsa ini. Salam Blogger Indonesia

About Me


Bebas komen, unek-unek dan lainnya disini asal sopan gaes, kamipun segan @PutriBusana

Popular Posts

Recent Posts

Theme Support

Support this blogger template ? . Hubungi :
premiumbloggertemplates.com